Masjid Ibnu Tulun Mesir Bersejarah di Kairo

Masjid Ibnu Tulun - Mesir merupakan sebuah negara yang letaknya itu berada di wilayah timur laut Afrika. Mesir adalah negara Eurafrasian, dimana wilayah tersebut membentang di dua benua, yakni Afrika dan Asia. Kedua wilayah tersebut adalah negara yang dihubungkan oleh Semenanjung Sinai. Sama halnya seperti negara-negara Afrika lainnya, wilayah Mesir yang didominasi oleh Gurun Sahara. Sebagian penduduk di negara ini mereka bertempat tinggal di kota-kota sepanjang lembah Sungai Nil, sungai terpanjang di Afrik dan tepi pantai Laut Mediterania. Mesir juga salah satu negara modern yang ada di dunia yang memiliki sejarah panjang, yang dapat terlihat dari berbagai peninggalan sejarah di negara ini seperti Giza Necropolis, Sphinxs dan reruntuhan kota kuno Memphis. Bahasa resmi yang digunakan disana adalah Bahasa Arab dan mata uang resmi negara Mesir adalah Egyptian Pound (EGP). Bandara Internasional utama di Mesir ini adalah Cairo International Airport (CAI) yang keberadaanya itu terletak di Heliopolis, Kairo.

Masjid Ibnu Tulun Mesir Bersejarah di Kairo

Mesir terkenal dengan peninggalan bersejarah dan koleksinya di dunia kuno dan harta karun legendaris nasional telah membuat orang banyak berabad-abad lamanya. Keindahan di kota Mesir tentu saja bersifat subyektif namun Mesir tidak mengalami kekurangan tempat yang dapat dianggap sangat indah. Mesir juga dikenal dengan banyaknya masjid dan bangunan berarsitektur Islami lainnya. salah satunya adalah Masjid Ibnu Tulun.

Masjid Ibnu Tulun adalah sebuah masjid besar dan mewah yang sangat bersejarah di Kairo. Masjid ini dibangun oleh Ahmad Ibnu Tulun. Ketika itu, setelah Ahmad Ibnu Tulun telah selesai membangun istananya, dia pun memutuskan untuk membangun masjid tersebut. tanggal kontruksi pun akan ditemukan di bahu galeri kiblat. Bangunan Koptik Mesir yang dibangun oleh Sa’id ibn al-Farghani, yang memintanya untuk melakukan pembangunan sebuah masjid yang tidak akan terbakar dan dibanjiri. Al-Maqrizi menuturkan bahwa pada bangunan ini dibangun di atas Gunung Yaskhar bin Jadeela dan menghadap ke sungai Nil. Insinyur tersebut menyadari bahwa keinginannya membangun masjid dari batu merah yang dibakar dan mengangkatnya di atas pilar batu bara. Sebab marmer itu tidak tahan api.

Sebuah bukit kecil Gabal Yaskhur yang menjadi lokasi dibangunnya masjid, adalah satu legenda setempat yang mengatakan, bahwa bahtera Nabi Nuh juga berlabuh di bukit ini setelah air bah sudah mulai surut. Ahmad Ibnu Tulun membangun masjid ini pada 876-879 AD dalam rangka untuk mengkomodasikan seluruh pasukannya. Daerah Masjid Ibnu Tulun ini ada sekitar 1050 hektar, dan masjid ini juga merupakan masjid tertua di Mesir kuno yang dibangun di atas bangunan 6 ribu dinar, yang juga sebagai istilah arkeologi. Ini merupakan istilah arkeologi yang dibangun pada saat membangun bangunan tua atau tidak menempel di tanah.

Di tengah halaman masjid juga ada sebuah kubah yang berdasarkan dari kolom 120 dan dianggap sebagai penghasil Masjid Ahmad bin Toulun adalah satu-satunya yang ada di Mesir. Masjid Ibnu Tulun adalah masjid ketiga terbesar di dunia. Secara keseluruhan pada masjid ini dibangun dalam gaya Samarra dengan kontruksi Abbasaid. Masjid yang dibangun memutari halaman, dengan satu ruang yang tertutup pada setiap sisinya, yang terbesar terletak di sisi kiblat atau arah ke Makkah.

Pengaruh Andalusia juga dapat dilihat dengan melalui lengkungan tapal kuda dari jendela menara dan di tempat lainnya. selain itu, masjid ini memiliki beberapa ciri khas sebagai tangga spiral di bagian luarnya. Ini yang merupakan jenis yang hanya ada satu-satunya di Mesir dan mirip sekali dengan menara yang cukup terkenal di Samarra. Sedangkan, untuk kontruksi asli masjid memiliki air mancur yang digunakan untuk berwudhu (sabil) di wilayah antara dinding dalam maupun bagian luar. Sebagian tempat untuk berwudhu dengan menggunakan drum kubah tinggi yang kemudian juga ditambahkan di halaman pusat pada akhir abad ke-13 oleh Sultan Lajin.

Kembali lagi ke masa awal pendirian Masjid Ibnu Tulun, masjid ini telah didirikan atas perintah Ahmad Ibnu Tulun, sebagai gubernur Abbasid Mesir pada tahun 868-884 yang pada masa pemerintahannya itu ditandai dengan kemerdekaan de facto. Ibnu Tulun sendiri merupakan anak dari seorang budak yang berasal dari Turki, Mongol. Ia pun kemudian naik ke tumpuk kekuasaan besar dan mendirikan Dinasti Tulunid pada tahun 868-905 Masehi dari Mesir. Setelah menjadi penguasa di negara Mesir, Ibnu Tulun pun kembali membangun yakni mendirikan sebuah kota baru yang disebut dengan Al-Qata’i. pada saat Bani Abbasiyah merebutkan kekuasaan pada 905 AD, kota ini yang kemudian dihancurkan, tetapi struktur besar masjid ini tetap selamat.

Masjid Ibnu Tulun semakin berkembang kemudian di retorasi di bawah pimpinan Fatimid Wazir Badr Al-Jamali pada tahun 1177. Yang kemudian dilanjutkan oleh Sultan Mamluk Lajin pada tahun 1296. Di zaman modern sudah beberapa renovasi yang dilakukan, termasuk dengan pekerjaan utama pada tahun 1999. Yang terakhir, restorasi masjid yang selanjutnya adalah Dewan Purbakala Mesir pada tahun 2004.

Komentar