Masjid Terapung Laut Merah, Pemerintah Arab Saudi telah menyulap seluruh kawasan pantai kota Jeddah yang menghadap Laut Merah, yakni di sulap menjadi sebuah kawasan kota baru yang terkenal dengan sebutan Jeddah Cornice. Mendapat jukan dengan sebutan Jeddah Cornice itu dianggap wajar bila kemudian Kota Jeddah pun mendapat julukan sebagai "pengantin perempuannya laut merah". Sudah sejak masa ke khalifahan, Kota Jeddah pun sudah mendapat julukan sebagai "Kota di Tengah Pasar".
Kata Kurnis atau Corniche yang berasal dari bahasa Prancis route à corniche. Yang artinya, ruas jalanan yang berada di tepian terjal. Namun, kata corniche itu kemudian bergeser maknanya menjadi sebuah kawasan terbuka yang luas di tepian badan air. Disana ada banyak tempat seperti ini yang terkenal di antaranya Corniche of Beirut di Lebanon, Corniche of Alexandria di Mesir, dan tentu saja yaitu Corniche of Jeddah ini. Selain itu, salah satunya disana juga terdapat Masjid Terapung Laut Merah.
Masjid Terapung Laut Merah berada di Kota Jeddah. Kota Jeddah itu sendiri memang sudah berdiri sejak sebelum Islam, namun titik awal perkembangan lebih pesat hingga saat ini, sudah terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan, yang merupakan khalifah ketiga dari jajaran Khulafaur Rasyidin.
Pada tahun ke-26 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 647 Masehi, khalifah Usman Bin Affan merupakan seorang pemimpin yang ketiga dan yang pertama kali menjadikan kota Jeddah menjadi kota pelabuhan laut internasional bagi jemaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia. Beliau juga yang telah menjadikan Jeddah sebagai gerbang utama bagi para calon haji untuk dapat menuju ke Mekah dan Madinah. Oleh sebab itu, Kota Jeddah juga mendapatkan julukan sebagai "Pintu Gerbang Dua Tanah Haram".
Di Kota Jeddah juga ada sebuah Masjid yang dikenal dengan Masjid Terapung Laut Merah. Masjid Terapung Laut Merah sendiri awalnya bernama Masjid Fatimah. Namun nama Fatimah disebutkan tidak ada kaitannya dengan putri Rasulullah SAW, yang bernama Fatimah Az-Zahra, ataupun sejarah Islam. Menggunakan nama Fatimah yang dimaksud tersebut ialah nama ibunda dari pembangun masjid ini.
Belakangan, masyarakat luas mengaitkan nama masjid tersebut dengan Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah. Keberadaan masjid ini pun seolah ada kaitannya dengan putri nabi dan sejarah Islam lainnya. Oleh sebab itu, untuk mencegah adanya salah penafsiran seperti itu, lalu ditambah dengan kenyataan bahwa masjid ini telah menjadi salah satu tujuan favorit jemaah dari Asia, termasuk Indonesia dan terutama Iran, serta untuk meluruskan informasi, maka dengan begitu pada Desember 2010, Pemerintah Kota Jeddah mengubah nama masjid ini menjadi Masjid Ar-Rahmah.
Masjid Terapung Ar-Rahmah yang memiliki ukuran sekitar 20 x 30 meter ini memnag cukup menarik untuk dapat dikunjungi. Bagian dalamnya yang dihiasi dengan banyak tulisan kaligrafi. Masjid Terapung Ar-Rahmah ini yang juga berada di kawasan Kurnis di Jalan Corniche, kompleks Al Shati, yang merupakan salah satu kawasan yang di tata begitu indah dan sangat menawan. Masjid Ar-Rahmah ini juga bukanlah sebuah masjid satu satunya yang ada di kawasan Kurnis kota Jeddah. Tapi ada beberapa masjid lainnya yang berukuran lebih kecil, dibangun di sepanjang pantai sebagai fasilitas keagamaan bagi Muslim yang sedang berada di kawasan tersebut. Di antara adanya masjid-masjid yang berada di sepanjang pantai tersebut yaitu Island Mosque atau Masjid Pulau, Masjid Kurnis dan Masjid Ruwais yang semuanya berhasil mendapatkan penghargaan dari Aga Khan Award of Architecture. Bukan hanya Masjid Terapung Ar-Rahmah saja yang bisa dinikmati, air Maut Merah pun menjadi objek favorit jemaah.
Bangunan masjidnya yang menggabungkan arsitektur modern dan seni bangunan Islam kuno. Masjid ini juga memilki ruang shalat yang sangat luas dengan dekorasi yang sangat indah. Dilengkapi dengan peralatan yang berteknologi terbaru, terutama dalam hal sund system. Selama musim dingin, disana tersedia keran-keran air hangat. Dekorasi interior yang fantastik, gaya arsitektur dan pencahayaan atap yang begitu sempurna, dapat memberikan kenyamanan tersendiri bagi para pengunjung masjid ini. Saat shubuh telah tiba, masjid sangat terlihat mengagumkan, sinar matahari yang masih redup menjadikan latar belakang bagi masjid dengan lampu-lampu terlihat berkilauan.
Boleh jadi masjid ini menjadi satu-satunya masjid yang ada di dunia yang dalam kepengurusannya harus memasang larangan shalat berjamaah lebih dari satu kelompok, dengan menggunakan pengumuman permanen yang dipasang di dalam masjid tersebut. Mungkin karena jamaah haji dan umrah yang datang ke Arab Saudi datang berkelompok-kelompok sesuai dengan agen perjalanannya masing-masing, sehingga mereka melaksanakan shalat berjamaah di dalam masjid dengan kelompoknya masing-masing.
Masjid Terapung Laut Merah boleh jadi merupakan masjid yang paling terpopuler di Kota Jeddah, Arab Saudi. Bagi jemaah haji Indonesia, mendengar nama Masjid Terapung Laut Merah sudah tidak asing lagi seolah sudah melekat dalam daftar kunjungan yang disiapkan oleh para penyelenggara ibadah haji dan umrah Tanah Air. Meski dengan Pemerintah Arab Saudi sudah mengimbau agar jemaah tidak berkunjung ke Jeddah karena bukan merupakan kota perhajian, namun tetap saja jemaah haji dan umrah yang ada dari berbagai negara berkunjung ke Masjid Terapung ini. Jemaah haji Indonesia berkumpul di halaman Masjid Terapung Laut Merah yang tepat berada di bibir pantai. Dari jemaah Indonesia yang ada rata-rata dari mereka dibuat penasaran dengan Masjid Terapung ini.
Komentar
Posting Komentar